Jumat, 04 Maret 2011

Nyanyian kemenangan Sang Buddha

Sang Buddha telah menahan serangan terburuk dari Mara. Akhirnya si Jahat Mara mundur dan amukan badai yang diciptakannya sirna. Sekarang batin Sang Bhagava tenang dalam kedamaian. Kegelapan yang pekat memudar dan bulan penuh serta bintang-bintang muncul kembali. Sang Bhagava masuk ke dalam meditasi yang dalam, melewati batas-batas pengertian manusia, melihat dunia sebagaimana apa adanya, tidak bagai apa penampakannya. Laksana seekor burung clang terbang melesat tinggi ke arah matahari dengan lemasnya, batin Beliau bergerak dengan cepat depan dan ke atas.

Beliau melihat kehidupan-kehidupan lampauNya dan seluruh kelahiran Beliau sebelumnya, dengan segala perbuatan yang balk maupun buruk beserta keuntungan-keuntungan dan kerugian-kerugiannya. Ketika batinNya melesat makin tinggi dan juga ke depan dengan cepat, Beliau melihat makhluk-mahluk lahir berulang-ulang dan mati sesuai dengan Kamma/perbuatan mereka.

Mereka yang melakukan perbuatan-perbuatan baik dianugerahi dengan kelahiran di alam surga. Namun meskipun anugerah-anugerah/pahala ini lahirnya lebih lama daripada kesenangan-kesenangan duniawi, mereka tetap tidak kekal. Makhluk-makhluk yang menderita di alam neraka juga tan terus melanjutkan kehidupannnya di dalam lingkaran samsara. Semua mahluk hidup terperangkap di dalam dunia ketidaktahuan dan penderitaan.

Ketika pandangan Beliau menjadi jernih seperti kristal, Beliau melihat apa yang disebut jiwa dari manusia, yang diklaim oleh manusia sebagai dirinya/ milikya, hancur berkeping-keping dan tergeletak di belakang Beliau seperti helaian benang-benang yang terurai dari sepotong kain. Beliau melihat penyebab dari rantai kehidupan, yaitu Ketidaktahuan/kebodohan. Karena manusia bodoh, melekat kepada benda-benda yang tidak berharga, ia menciptakan ilusi-ilusi (yang sifatnya selalu berubah/tidak kekal itu) di dalam dirinya yang sernakin berbahaya. Tetapi bila nafsu keinginan ini mati, nafsu berakhir, kebodohan pun buyar seperti malam berlalu, dan matahari Pencerahan akan bersinar.

Dan setelah mengerti dunia dengan sebagaimana apa adanya, Sang Bhagava telah sempurna dalarn kebijaksanaanNya, Beliau tidak akan dilahirkan kembali. Nafsu-keinginan dan keinginan-keinginan jahat benar-benar telah dimusnahkan dengan sepenuhnya, seperti api yang padam karena tiadanya minyak.

Sang Buddha, Sang Sempurna, duduk bermandikan cahaya yang cemerlang dari Kebijaksanaan dan Kebenaran. Dan karena pencapaian Beliau ini, dunia menjadi tenang dan terang, serta hembusan bayu yang lembut meniup daun-daun Pohon Bodhi.

Dipenuhi dengan kewelas-asihan, Sang Buddha duduk di bawah Pohon Bodhi, dalam perenungan yang dalam tentang Dhamma. Beliau larut dalarn kebahagiaan, dalam kedamaian sempurna Nibbana. Pada waktu subuh sesudah Pencapaian PencerahanNya, Sang Buddha menguncarkan nyanyian kemenangan yang membahagiakan ini:

"Melalui banyak kelahiran dalam samsara. Aku mengembara
Mencari, tetapi tidak meraemukan si pembuat rumah ini.
Menyedihkan kelahirkan kelahiran yang berulang-ulang.
O pemhuat rumah, kini engkau telah terlihat,
Engkau tidak bisa membangun rumah lagi
Semun balok kasaumu telah patah, tiang-tiang bubunganmu telah hancur
Batin mencapai keadaan tanpa syarat
Tercapailah akhir dari keinginan ".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar