Kamis, 07 April 2011

Kejujuran Raja Sutasoma

Pada suatu waktu, sang Bodhisatva dilahirkan sebagai Raja Maha Sutasoma. Pada waktu itu hiduplah pula seorang raja bernama Porisada, yang di usir ke hutan karena gemar makan daging manusia. Kemudian ia berdiam di bawah sebuah pohon Banyan, menangkap dan memakan orang–orang lewat yang tersesat.

Pada suatu hari Raja Porisada ingin melaksanakan sumpahan ketika sebuah duti mengganggu kakinya; dimana ia bersumpah akan mengorbankan seratus orang prajurit kepada dewanya. Dewa itu sendiri menyesalkan niat Porisada, maka untuk mengindarkan pengorbanan manusia sebanyak itu, Porisada diperintahkan untuk mengorbankan Raja Sutasoma saja.

Kebetulan Raja Sutasoma yang menuju ke sebuah danau akan mandi, berjumpa dengan seorang brahmana yang bermaksud untuk membacaykan syair-syairnya untuk raja. Maha sutasomo mempersilakan brahmana tersebut menunggu di istana san akan mendengarkan syair-syairnya setelah selesai mandi. Sewaktu selesai mandi, keluarlah raja Porisada dari semak-semak dan membawa lari raja Sutasoma. Raja tidak gentar dan tetap tenang, hasnya menyesal tidak dapat menempati janjinya untuk mendengarkan syair-syair sang brahmana. Hal ini dinyatakannya kepada Porisada, yang kemudian melepaskan sang Raja dengan perjanjian akan kembali lagi apabila janji kepada brahama itu telah ditepati.

Raja Sutasomo kembali ke Istana, mendengarkan syair-syair sang brahmana, dan memberikanya hadiah. Meskipun telah ditahan tahan oleh seluruh anggota istana, Raja yang tetap hatinya itu menuju hutan menemui Porisada kembali. Porisada sedang menyiapkan api, heran melihat Raja Sutasoma datang kembali. Katanya, "Gila kau, saya lepasklan kau dengan tidak mengharapkan kau kembali lagi. Sekarang kau kembali, mengertilah bahwa kau akan ku bunuh juga. Mengapa kembali?" Sang Raja menjawab: "Hai Porisada, menurut pendirianmu aku berbuat gila, tetapi aku tetap memenuhi janjiku. Aku berjanji akan kembali dan di sinihlah aku kembali. Aku lebih menghargai janjiku daripada hidupku, kau boleh mengorbankan aku". Parisada yang dalam batinya sesungguhnya tidak jahat, sangat terharu mendengar jawaban Sutasoma yang mempunyai ketetapan hati itu dan ingin mendengarkan ajaran ajaran utama. Segera ia duduk pada kaki Sutasoma dan asyik mendengarkan petuah-petuah yang berharga. Seketika ia berubah menjadi orang baik kembali, ia mengurungkan pergorbanannya kemudian mendapatkan kembali kerajaanya yang semula dan memerintah dengan bijaksana.

Sabda Sang Bodhisatva*) "Sesudah mendapatkan penerangan, untuk memenuhi janjiKu, Aku mengorbankan nyawaKu dan menyelamatkan seratus satu orang prajurit raja. Itulah kesempurnaanKu dalam menepati janji".

*) Sang Bodhisattva sebagai Raja Maha Sutasoma kemudian dikenal sebagai Buddha Gotama. Cerita di atas digambarkan di dalam Candi Borobudur dalam relief pada serambi pertama dinding luar deret atas dari pintu gerbang Selatan ke jurusan Barat pada relief nomor 23,24,25 dan 26.

(Kiriman: Dra Harumwati K, Tangerang. Dikutip dari Buku Mutiara Dhamma, atas izin Ir. Lindawati T)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar